Deklarasi kemerdekaan Provinsi Belanda dari raja Spanyol, Philip II


Wilayah yang kelak akan membentuk Republik Belanda pada awalnya adalah bagian dari federasi yang dikenal dengan Tujuh Belas Provinsi. Wilayah ini diperintah oleh Kaisar Romawi Suci dan Raja Spanyol, Charles V. Ia mengelola wilayah ini di bawah pemerintahan langsung pada tahun 1543. Pada tahun 1566, para penganut Protestan[catatan 1] memberontak melawan pemerintahan Katolik Roma Spanyol, yang memicu meletusnya Perang Delapan Puluh Tahun. Dipimpin oleh William dari Oranye, kemerdekaan Belanda diproklamirkan pada 1581 dengan disahkannya Undang-Undang Abjurasi. Pemberontakan ini menyebabkan terbentuknya sebuah republik Protestan merdeka di utara, tetapi Spanyol baru mengakui kemerdekaan Belanda secara resmi pada tahun 1648.

Selama berabad-abad sebelum penguasaan Spanyol, provinsi-provinsi di pesisir Belanda (dahulu bernama Holland) dan Zeeland telah menjadi pangkalan penting dalam jaringan perdagangan maritim Eropa. Lokasi geografisnya menyediakan akses mudah ke pasar Prancis, Jerman, Inggris dan Baltik.[1] Perang dengan Spanyol menguras banyak dana dan mendorong para pedagang untuk pindah dari Antwerp–sebuah kota besar di Flanders yang kemudian menjadi salah satu pusat perdagangan di Eropa–ke kota-kota di Belanda, terutama Amsterdam,[2] yang dengan cepat menjadi pusat pelayaran, perbankan, dan asuransi di Eropa.[3] Berkembangnya Amsterdam sebagai salah satu pusat perdagangan di Eropa pada tahun 1580-an mendorong Belanda untuk memperluas jaringan perdagangannya keluar Eropa Utara, terutama ke Mediterania dan Levant. Pada 1590-an, kapal-kapal Belanda mulai melakukan transaksi perdagangan dengan Brasil dan Pantai Emas Belanda (Ghana) di Afrika, dan terus berlanjut hingga ke Samudra Hindia dengan transaksi barang dagangan yang menguntungkan, yaitu rempah-rempah.[4] Hal ini mendorong munculnya kompetisi langsung antara Belanda dengan Portugis, yang telah mendominasi jaringan perdagangan selama beberapa dekade dan telah mendirikan pos-pos perdagangan di Brasil, Afrika, dan Samudera Hindia untuk memfasilitasi kegiatan perdagangan mereka. Namun, persaingan dengan Portugis ini tidak sepenuhnya dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi; sejak 1580, setelah kematian Raja Portugis Sebastian I, banyak bangsawan Portugis yang ikut berperang dalam Pertempuran Alcácer Quibir, dan mahkota Portugis juga digabungkan dengan Spanyol melalui "Penyatuan Iberia" di bawah pemerintahan penerus Kaisar Charles V, yaitu Philip II dari Spanyol. Dengan mengambil alih dominasi Portugis dalam perdagangan dunia, Belanda pada dasarnya bertujuan untuk memaksa Spanyol agar mengalihkan sumber daya militer dan keuangannya untuk membantu Portugis mempertahankan posisinya, alih-alih untuk memadamkan perjuangan kemerdekaan Belanda.[5] Hal ini kemudian memicu berkobarnya Perang Belanda-Portugis yang berlangsung selama beberapa dekade.

Pada tahun 1594, Compagnie van Verre (Perusahaan Tanah Jauh) didirikan di Amsterdam. Perusahaan ini bertujuan untuk mengirimkan dua armada ke kepulauan rempah-rempah Maluku.[6] Armada ini berlayar pada tahun 1596 dan kembali pada 1597 dengan kargo yang penuh dengan lada, yang pada saat itu harganya sangat mahal dan mampu menutupi biaya pelayaran. Pelayaran kedua (1598–1599) menghasilkan keuntungan bagi Belanda hingga 400%.[7] Kesuksesan pelayaran ini menyebabkan didirikannya sejumlah perusahaan yang saling berkompetisi untuk memfasilitasi perdagangan. Kompetisi ini ujung-ujungnya memicu terjadinya perang harga di Eropa[7]

Dalam Perang Belanda-Portugal 1602-1663 dimana terjadi konflik bersenjata antara Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie dan Geoctroyeerde Westindische Compagnie) melawan Imperium Portugis. Portugal berhasil memenangkan perang di Amerika Selatan dan Afrika, sementara Belanda menang di Timur Jauh dan Asia Selatan yang menandai pembentukan Imperium Belanda.

Comments

Popular posts from this blog

Contributions of Great Grand Chief Sir Michael Somare and Sir Julius Chan to the Independence and Development of Papua New Guinea